Nur Azizah Natsir. Perempuan
bertubuh mungil akrab disapa Azizah. Kelahiran Maros, 24 Juni 1993. Baginya
tubuh boleh kecil tapi jiwa mesti besar. Di usianya yang 24 tahun ini ia semakin
menyadari bahwa hidup ini hanya sebuah proses. Proses untuk terus bertumbuh dan
proses untuk semakin dekat kepada Sang Pemilik Kehidupan. Sebagaimana yang
termaktub dalam Kalam-Nya bahwa ujian kebaikan dan keburukan sejatinya adalah
agar kita semakin dekat kepada-Nya, agar kita semakin menunduk pada-Nya.
Alumni jurusan Dakwah prodi Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) Fakultas Agama Islam Universitas Muslim Indonesia 2015 ini
alhamdulillah dianugerahi kesempatan sebagai Wisudawan Terbaik FAI UMI 2015. Dalam
proses perjalanannya selama ±4 tahun di kampus hijau ia aktif di berbagai
organisasi kampus; 2011-2015 UKM Tahfizh UMI, 2012/2014 wakil ketua Forum
Mahasiswa Binaan UMI, 2013/2014 Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Dakwah
(HIMADA), 2013/2014 Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Dakwah FAI UMI, 2013/2014
UKM Radio Pendidikan Kampus UMI, 2013/2014 Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting
UMI, 2013/2014 Koordinator Divisi LITBANG BEM FAI UMI, 2015 Forum Indonesia Muda
(FIM) 17, 2015 Forum Indonesia Muda Regional Makassar (FIM) Ewako.
Sebelum memasuki dunia kampus banyak keluarganya
yang berpesan agar ia tak masuk organisasi karena pandangan mereka organisasi
dapat menghambat proses perkuliahan, tapi untung ia sedikit membandel dengan
tidak menuruti pesan keluarganya, bahkan ia sangat bersyukur dengan panggilan
hati dan gerakan jiwanya ia bisa bergabung dengan beberapa organisasi, sebab ia
sangat menyadari kuliah tanpa organisasi terasa hampa, ibarat sayur tanpa
garam, di organisasilah ia mulai berproses dan bertemu dengan orang-orang yang
bisa ia jadikan motivator untuk ikut berprestasi dan memberikan kontribusi
untuk masyarakat. Yah, meskipun prestasinya masih sangat jauh dari orang-orang
yang ia kenal.
Dengan kondisinya saat ini mungkin tak banyak yang
tahu bahwa ia pernah gagal dalam Ujian Nasional, juga dua kali mendaftar di
salah satu PTN di Makassar karena sempat bermimpi jadi psikolog tapi nihil, sempat
pesimis, tapi alhamdulillah hari ini justru ia menyadari bahwa rencana Allah
memang yang terbaik. Ia baru menyadari bahwa apa yang dijalaninya hari ini
adalah impian lamanya yang baru Allah wujudkan setelah sekian lamanya bahkan
iapun sudah lupa dengan impiannya tersebut. Impian lama itu “Muballighah di
kampung” perempuan yang ingin berkontribusi aktif dalam menghidupkan ghirah
masyarakat untuk mempelajari ajaran Islam yang mulai ini.
Selepas dari dunia kampus ia aktif di Kantor Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kab. Maros sebagai relawan selama 6 bulan dan saat
ini resmi sebagai staf, ditengah pengabdiannya di Kantor BAZNAS Kab. Maros 2016
lalu ia menjadi bagian dari Kelas Inspirasi Makassar, juga beberapa bulan
mengaktualisasikan diri di Sekolah Dasar dimana tempat pertama ia mengecam
pendidikan formal.
2017 tahun dimana banyak amanah umat yang ia rasa
berat tapi mau tidak mau harus dijalaninya dan ia yakini yang memilihnya adalah
Allah maka tugasnya hanyalah memaksimalkan perannya. 2017/2019 Penyuluh Agama
Islam Non (NS Kab. Maros, 2017/2022 Anggota Komisi Pemuda dan Remaja Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Kab. Maros, 2017/2022 Sekretaris Divisi Pemberdayaan
Perempuan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kab. Maros. Karena amanah umat yang
berat sedang ilmunya masih sangat kurang ia akhirnya memutuskan harus tarbiyah
sebagai ikhtiar untuk menuntut ilmu, bergabung bersama salah satu lingkaran
mujahid/mujahidah yakni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
#PerempuanPembelajar
Komentar
Posting Komentar