Assalamu'alaikum wwrahmatullahi wabarakatuh. :)
Jama'ah oh jama'ahhh....
Hehe kayak mau dakwah ajha.
Bagaimana kabarta semua? madeceng-deceng muajaki?
Kali ini saya mau nyoret-nyoret sedikit tentang perjalanan saya 2 bulan ini, yakninya belajar menjadi ibu yang baik, hahaha alias gimanasih memasuki dunia anak-anak biar mereka jadi anak yang baik tanpa harus ada kata-kata kasar apalagi pukulan. oh No.
Dua bulan saya melatih diri, dua bulan yang menguji kesabaran. uhhhh, tarik nafas panjang. asli, anak-anak itu penuh warna-warni. Asik, menyeblkan, bikin ngakak, seru, memotivasi, bikin geram... pokoknya, mesti tahan banting.
haha, apalagi yang saya jadikan percobaan adalah si bungsu, adik ke 3 yang senang disapa Syukur. Si Bungsu yang super filosofis. Suka nanya yang ghaib, ghaib. Tapi, bersyukur juga sih, alhamdulillah, dia tumbuh dengan baik. Semoga makin baik, meski terkadang masih berhasil meledakkan amarah, bikin jengkel, tap itulah anak-anak, iya kan? #memangkudusabar
Part1 #Tahajjud
Pernah suatu malam, saat saya terbangun tepat pukul 2 dini hari, saya lalu bersiap-siap untuk sholat, tetiba Syukur juga terbangun, dengan sedikit mengeluh, katanya digigit nyamuk. Saat itu saya hanya tersenyum memandangnya. Lalu duduk di sofa, sebelum menunaikan sholat. Kirain, si Bungsu mau tidur kembali, ternyata ia menghampiriku dan langsung duduk di sampingku. Hmmm.... sempat berpikir sih, gimana yah, supaya syukur juga mau ikut sholat tahajjud.
Akhirnya, saya punya ide. Ahhhaaaa :)
saya menawarkan untuk membuatkan topi-topi perawat dari kertas HVS yang ada di meja, iapun setuju. saat topinya sudah selesai, ia menyuruh saya untuk membuatkan kreativitas yang lain. Hmmm, jadinya saya buat orang-orangan. Tapi, dia minta lagi yang lain, oh ya Allah, anak kecil ini. Oh iya gimana kalo kakak Icha buatkan burung-burung kertas, dengan semangat ia mengangguk.
Lipat sana, lipat sini, treeeeeeng jadi deh, meskipun sempat kebingungan, gimana cara buatnya yah, soalnya udah lama banget, gak pernah buat. Aku melihat senyum terpancar di wajahnya, entah gembira karena pertama kali melihat kreasi burung kertas atau karena bentuk burung kertasnya yang lucu karena gak rapi, entahlah haha hanya Syukur & Allah yang tahu.
Saya melirik jam dinding, sudah menunjukkan pukul 02.45 wita. sholat ah, pikirku.
Saya : "Dek, kakak Icha, sholat dulu yah."
Syukur : "Subuhmika? (memangnya sudah subuh?)"
Saya : "Belum Dek." tersenyum melihatnya, kebingungan
Syukur : "Trus, Kakak Ich Mau sholat apa?"
saya : "Kakak Icha mau sholat tahajjud."
Syukur : "Berapa raka'at?"
Saya : "Sebelas raka'at"
Syukur : "Haddehhhh." tiba-tiba memelas
saya : "Hahaha, tapi bisa juga kok sholat satu rakaat atau tiga, atau dua."
Syukur : "kalo satu raka'at, sholat apa?"
Saya : "Itu namanya sholat witir."
Syukur diam saja, sambil memainkan burung kertasnya.
Saya : "Mau ikut sholat gak? kalo mau, sini kakak Icha antar berwudhu'." dengan bersemangat menawarkan Syukur untuk berwudhu', berharap ia mau ikut sholat meskipun cuma sholat witir 1 raka'at.
Syukur : "Ndak ahhh, sholat ajha sendirian."
saya : "Oke, bener nih, gak mau ikut sholat?"
Syukur mengangguk, seolah belum minat untuk sholat.
Saya pun sholat sendirian. Setelah saya menyelesaikan raka'at ke 4. Tiba-tiba syukur membentangkan sejadah di sampingku. Tanpa kata-kata, ia mulai bertakbir, hahaha tanpa berwudhu', dasar anak-anak yah, untung ajha umurnya masih tujuh tahun. aku senyum-senyum sendiri melihat tingkahnya di sepertiga malam sunyi itu, seraya bersyukur, terima kasih ya Allah Engkau gerakkan hati si Bungsu untuk sholat witir. aku masih memandanginya tanpa ia sadari. Setelah menyelesaikan satu raka'at, ia langsung baring di atas sajadah.
Saya lalu melanjutkan, raka'at yang tersisa.
Alhasil, Syukur juga melanjutkan sholatnya, tapi entah berapa raka'at. Karena pas saya tanya, tadi sholat tahajjudnya berapa raka'at dek? Ia cuma senyum-senyum, Gak tahu, soalnya capek banget, hmmm syukur belum tahu caranya gimana.
Ya Allah anak kecil ini, semoga ketika baligh, si Bungsu bisa jadi ahli tahajjud, aamiin ya Robbal 'alamiin.
*****
Part2 #Sholat 5 Waktu
Adzan maghrib berkumandang. Saat itu saya lagi ma'zurah, jadi tidak bergegas untuk siap-siap sholat maghrib.
Saya : "Dedek kok gak siap-siap sholat maghrib?"
Syukur : "Ntar ajha sama Kakak Icha." hmmm kebiasaannya sih, selalu sholat sama-sama Kakak Icha
Saya sempat bingung, gimana yah caranya biar dia ngerti klo aku lagi gak bisa sholat.
Saya : "Dek Kakak Icha lagi gak bisa sholat."
Syukur : "Kok bisa? klo gitu saya juga gak usah sholat."
Waduhhh, parah ni, hmm Ya Allah help me. Syukur masih asik dengan mainannya, belum juga beranjak. Aku mencoba menjelaskan sedikit kenapa saya tidak bisa sholat, dengan nalar yang mampu dipahami si Bungsu yang usil.
Lalu saya coba nyampein kisah nyata seseorang yang meninggal dan pada masa hidupnya ia tidak pernah sholat.
Saya : "Dek, pernah dengar gak kisah seseorang yang meninggal, trus pas mayat itu mau dikuburkan ia gak bisa menghadap kiblat, kakinya juga gak bisa lurus, akhirnya karena orang-orang sudah capek, mayat itu berulang kali dihadapkan ke kiblat tapi tetap saja menghadap ke atas, jadi ditindiskan saja batu ke tubuhnya. Ihh ngeri kan? mau gak kayak gitu?"
Syukur : "Hmmm Pasti orang itu kan?" si bungsu langsung nebak, ternyata dia masih ingat dengan kejadian setahun lalu, ketragisan mayat yang selama hidupnya tidak mau menjalankan perintah Allah. Na'udzubillah minzalik.
Saya : "Nah, iya. Syukur Mau gak, kayak gitu?"
Syukur : "Hmmm... mau deh." sambil senyum-senyum lalu beranjak
Mendengar jawaban Syukur, saya tiba-tiba mau marah, tapi karena melihat dia beranjak, saya paham bahwa ia cuma bercanda. sejak saat itu, alhamdulillah Syukur sudah belajar sholat 5 waktu, tanpa harus diingatkan berulang kali. meskipun sholat dzuhur & asharnya masih sering tidak dikerjakan, tapi semoga kedepan ia lebih paham bagaimana pentingnya sholat & betapa bahayanya bila ditinggalkan.
-Saya belajar bahwa anak-anak itu cuma butuh komunikasi yang baik dan keteladanan yang santun-
#Besmartparentsinthefuture
#AkuMasihTerusBelajar
 |
-Sssttt, si Bunsu Lagi Khusu'- |
Komentar
Posting Komentar