Seorang perempuan bertubuh kecil
sebut saja namanya Icha. Semenjak Icha mulai akrab dengan seniornya yang akrab
disapa Iman. Icha punya hobi baru, ia suka ngepoin Iman yang terkenal kalem dikalangan
teman-teman ceweknya di kampus. Entah bagaimana Icha bisa akrab dengan Iman.
Selama ini Icha menganggap Iman bak
Kakak sendiri, karena Icha ditakdirkan sebagai anak sulung. Begitupun Iman
menganggap Icha sebagai adiknya karena Iman terlahir sebagai anak bungsu.
Meskipun mereka jarang berkomunikasi, tapi ada-ada saja yang membuat mereka
semakin akrab.
Semenjak Iman menderita sakit yang
mengharuskan ia menjalani perawatan dalam waktu yang lama, Iman tidak pernah
lagi datang ke kampus. Iman nyaris berhenti kuliah. Waktu terus berjalan, Icha
akhirnya menyelesaikan studinya lebih duluan dari Iman.
***
Icha asyik mengotak-atik laptopnya.
Ia mulai mengakses internet lalu membuka facebook.
Keisengan Icha tiba-tiba muncul setelah melihat beranda Iman yang dipenuhi
dengan postingan masalah pernikahan. Icha membuka pesan, sambil senyum-senyum
sendiri.
Icha : “Kapan nikah
senior?” (tanpa menanyakan kabar tiba-tiba langsung nanyakan perihal sakral,
dasar Icha rese’).
Iman : “Hehe memangnya
kenapa Cha, kok tiba-tiba nanya gituan? InsyaAllah kalau jodohnya udah ada.”
Icha : “Haha gak kok
senior, kirain udah ada calon and
tinggal tunggu undangan nih, soalnya postingan Kak Iman nikah-nikah mulu sih.
Badewe jodoh itu dijemput Kak, jangan lama-lama ntar diambil orang lain haha.”
Iman : “Mmm, siapa
juga yang mau dijemput Cha, kirain yang dijemput tuh orang yang sudah siap, but sampai saat ini kayaknya belum ada
yang siap Cha, maaf jadinya curhat haha.”
Icha : “Mungkin saja
selama ini Kak Iman suka ma seseorang, tapi Kak Iman aja yang masih ragu tuk
menjemputnya. Haha, siapa tahu dia juga punya perasaan yang sama ma Kak Iman.” (Icha
menasehati Iman dengan sok bijak)
Iman : “Hmm,,, bagus
kalau dia juga suka ma saya, tapi ada lagu yang pernah saya dengar liriknya
gini (Dibilang cinta tapi takut salah), nah itu bikin saya ragu sampai saat
ini.”
Icha : “Haha,,,senior
senior. Kak Iman kan belum nyoba, kok bisa ragu.”
Iman : “Ragu ditolak
Cha. Kata teman-teman kamarku, biasanya kalau perempuan yang kita suka itu juga
ada perasaannya ma kita pasti kentara, ada tanda-tanda gitu, tapi itu sih kata
teman-teman hehe.”
Icha : (Dengan wajah
geram, gemes ma ketidak pedean Iman) “Daripada disimpan-simpan terus, jadinya
harap-harap cemas mulu, kan kalau sudah ditolak berarti sudah aman. So, Kak Iman kudu berusaha lebih keras
lagi dan kalau memang bukan jodoh berarti ada yang lebih baik senior haha.”
Iman : “Kok aman sih,
kalau ditolak Cha?”
Icha : “Haha, karena
kita lebih yakin bahwa ada yang lebih baik atau mungkin belum waktunya. Oh iya
Senior, kapan sih mau lamar tu perempuan?”
Iman : “Saya masih
ragu Cha, apa dia mau terima aku atau nggak.”
Icha : “Yaelah Kak
Iman, kalau gak berani nyoba pasti ragu terus, ibarat meraih impian nih, ada
namanya kegagalan, jadi harus siap terima kenyataan saja. Badewe Icha Cuma sok
tahu sih haha.”
Iman : “Nah, itu dia.
Saya juga belum berpengalaman, Cha. Lagian aku masih belum yakin ma dia.”
Icha : “Kenapa belum
yakin Senior?”
Iman : “Saya cuma
ragu, mungkin saja dia sudah punya calon.”
Icha : “Haha kan
ditanya dulu, siapa tahu belum, karena nungguin Kak Iman, ngomong-ngomong dia
orang mana sih Senior?”
Iman : “Nungguin aku?
Haha gak mungkin, soalnya banyak laki-laki yang lebih pantas untuk dia, Cha.
Saya gak tahu asalnya dari mana.”
Icha : “Memang lebih
banyak yang layak, tapi siapa tahu kalau Kak Iman jujur ke dia tentang perasaan
Kak Iman, tiba-tiba dia langsung luluh, karena kebanyakan perempuan akan
menerima laki-laki yang berani dan siap member kepastian. Ya Allah Senior, kok
bisa gak tahu dia orang mana, so selama
ini Kak Iman lihat dia dimana?”
Iman : “Dulu sering
lihat dia di kampus, but setelah gak
pernah ke kampus dan sampai sekarang saya gak pernah lagi lihat dia, sms dan chatting pun jarang.”
Icha : “Anak Fakultas
Teknik atau apa? Siapa tahu Icha kenal ma dia, kan saya bisa bantu Kak Iman,
kayak perantar gitu haha.” (Dengan semangat menggebu-gebu, Icha menawarkan diri
sebagai perantara Iman dan calon iparnya)
Iman : “Fakultas
Ekonomi, Cha.”
Icha : “Jurusan dan
angkatan?”
Iman : “Baru aja
selesai tahun kemarin.”
Icha : “Seriuuuuuussss?
Berarti seangkatanku dong, ciyeee siapa namanya Kak? Ntar biar aku langsung
sampaein ke orangnya.”
Iman : “Hehehehe.
Badewe kenapa gak dari tadi nanyain namanya, Cha?”
Icha : “Haha…takutnya
Kak Iman gak mau bilang ke saya siapa orangnya, jadi basa-basi dulu, sok jadi
detective gitu. Jadi, siapa namanya?”
Agak lama membalasa
pesan Icha.
Iman : “Saya merasa
gak enak Cha, nyebut namanya.”
Icha : “Haha,,, Kak
Iman Kak Iman. Jangan sungkan-sungkan, biar saya yang jadi perantara antar Kak
Iman dan dia, kalau jodohkan Alhamdulillah
J.”
Iman : “Ntar kamu cuma
ngetawain aku.”
Icha : “Haha,,,sebagai
junior yang baik, pasti bukan Cuma ngetawain Kak Iman tapi juga berusaha bantu
Kak Iman biar bisa dapatin pujaan hatinya yang selama ini disimpan-simpan.
Serius, insyaAllah!”
Iman : “Masih ragu,
Cha. Soalnya beberapa tahun yang lalu, saya pernah mancing-mancing dia, tapi
dia gak merespon.”
Icha : “Haha… Cuma
dipancing sih, coba langsung nyebur, pasti basah kuyup haha. Badewe sebenarnya
kapan rencana Kak Iman mau nikah?”
Iman : “Yah, cari
calonnya dulu lah baru nikah hehe.”
Icha : “Tapi target
atau rencannya kapan, Senior?”
Iman : “Kalau masalah kapan saya
tidak tahu Cha. Tergantung orang tua aja. Maunya sih cepat", karena mereka
sudah tua. Tapi kalau saya tergantung jodoh saja. Pasangan saja belum ada, pa lagi
mau nikah gimana caranya? Hehe.”
Icha
: “Kalau gitu, ta’aruf saja dulu, soal cocok atau nggak, yah nanti dilihat.
Kalau cocok Alhamdulillah, lanjut ke pelaminan. Berdo’a saja Kak Iman, semoga
dimudahkan jalannya. Badewe namanya siapa sih? Penasaran nih.”
Iman
: “Cha, aku dah beri tahu ke orangnya. Tapi, kayaknya dia nyuruh aku cari orang
lain. Mungkin gitu maksud smsnya.”
Icha
: “Serius? Namanya siapa sih? Trus jawabannya apa Kak? Beri tahu dong namanya,
biar aku yang bilang ke dia, masa orang baik kayak Kak Iman mau ditolak? Haha.”
Iman
: “Pernah saya bilang ke orangnya kalau saya suka cewek kayak dia. Oh iya Cha,
ntar aku lanjut lagi yah.”
Adzan berkumandang. Chatting mereka terhenti. Sepertinya
Icha mulai paham siapa perempuan yang sebenarnya Iman maksud.
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar